Simona Halep, mantan petenis nomor satu dunia. Baru-baru ini mengungkapkan rasa herannya terkait penanganan kasus doping yang melibatkan dua bintang tenis ternama, Jannik Sinner dan Iga Świątek. Halep merasa ada keanehan dalam cara kasus ini ditangani. Terutama karena tes doping keduanya diketahui publik meskipun seharusnya informasi tersebut dijaga kerahasiaannya.
Pada bulan Agustus 2024, International Tennis Integrity Agency (ITIA) mengungkapkan bahwa Jannik Sinner. Petenis Italia yang sedang naik daun, terlibat dalam kasus doping setelah tesnya menunjukkan positif mengandung clostebol, sebuah substansi terlarang. Meskipun hasil tes positif, pengadilan independen memutuskan bahwa Sinner tidak bersalah dan tidak menunjukkan kelalaian dalam kasus ini.
Sinner mengklaim bahwa substansi tersebut masuk ke dalam tubuhnya saat ia menerima pijatan dari mantan fisioterapisnya. Yang menggunakan semprotan mengandung clostebol untuk mengobati luka di jari Sinner. Keputusan pengadilan ini memicu kontroversi. Dengan banyak pihak mempertanyakan apakah alasan yang diberikan oleh Sinner bisa diterima sebagai pembelaan yang sah.
Kasus serupa juga menimpa Iga Świątek, petenis asal Polandia dan peraih beberapa gelar Grand Slam. Pada Agustus 2024, Świątek dinyatakan positif menggunakan trimetazidine, sebuah substansi yang biasa digunakan untuk mengobati masalah jantung. Namun, ITIA mengumumkan bahwa Świątek tidak dianggap melakukan kesalahan atau kelalaian yang signifikan. Meskipun ia menerima larangan bertanding sementara selama satu bulan.
Larangan tersebut berlangsung dari 12 September hingga 4 Oktober 2024, membuat Świątek terpaksa melewatkan beberapa turnamen penting. Termasuk WTA 1000 di Beijing dan Wuhan. Setelah masa larangan selesai, Świątek kembali ke lapangan pada WTA Finals di Riyadh, pada awal November, dan siap untuk berkompetisi di turnamen besar berikutnya, seperti United Cup dan Australian Open.
Halep, yang juga terjerat kasus doping pada 2022, mengungkapkan ketidakpuasannya dengan cara kasus ini ditangani. Terutama mengenai transparansi dan kerahasiaan tes doping para pemain. Pada September 2023, Halep dijatuhi larangan bertanding selama empat tahun setelah positif menggunakan Roxadustat, substansi yang digunakan untuk mengatasi anemia. Namun, setelah mengajukan banding, larangan tersebut dikurangi menjadi sembilan bulan pada bulan Maret 2024.
Bagi Halep, penanganan kasus doping ini menciptakan rasa tidak adil, terutama terkait dengan transparansi informasi dan standar yang diterapkan pada petenis dengan status tinggi. Menurutnya, tes doping yang gagal dirahasiakan ini membuka pintu bagi ketidaksetaraan perlakuan antara pemain yang lebih besar dan yang lebih kecil.
Meski peraturan ketat tentang doping diterapkan untuk menjaga integritas olahraga, kontroversi mengenai keputusan-keputusan terkait doping terus membayangi dunia tenis. Kasus-kasus seperti yang melibatkan Sinner, Świątek, dan Halep menunjukkan bahwa meski sistem sudah ada, penerapannya dalam kasus-kasus tertentu masih bisa menimbulkan pertanyaan.
Bagi banyak pengamat, ini adalah masalah yang membutuhkan perhatian lebih lanjut, dengan kejelasan dan transparansi dalam penanganan tes doping agar keadilan bisa ditegakkan di semua level kompetisi.
Tasya Kamila, mantan artis penyanyi cilik baru-baru ini mengungkapkan hobi barunya yang tengah ia tekuni…
Taufik Hidayat, meresmikan Seven Padel, sebuah venue olahraga baru yang berlokasi di Jagakarsa, Jakarta Selatan
Pembalap andalan Red Bull Max Verstappen, kembali menorehkan sejarah dengan mempertahankan gelar juara Dunia Formula…
Kesejahteraan kuda di ajang Olimpiade kembali menjadi sorotan para ahli
Jika Anda ingin mencoba atau mendalami padel tennis, tiga tempat berikut adalah destinasi terbaik di…
Turnamen Olahraga Selebriti Indonesia (TOSI) season 3 kembali hadir, dan cabang olahraga berkuda kali ini…