“Golf bukan olahraga yang bisa disempurnakan,” kata Bob Rotella, psikolog olahraga legendaris. Tapi Viktor Hovland tampaknya tidak setuju begitu saja.
Pegolf asal Norwegia, Viktor Hovland bangkit dari terpuruknya, baru saja membungkam semua keraguan setelah menjuarai Valspar Championship akhir pekan lalu. Kemenangannya atas bintang besar seperti Justin Thomas bukan hanya kemenangan biasa ini adalah cerita tentang kegigihan, pembuktian, dan perjalanan naik-turun seorang perfeksionis sejati di dunia golf.
Dari Puncak Dunia ke Jurang Klasemen
Dua tahun lalu, Hovland adalah bintang yang bersinar terang — duduk manis di peringkat empat dunia, punya ayunan khas yang unik tapi efektif, dan disebut-sebut siap menaklukkan turnamen major. Tapi kemudian… semuanya berubah.
Dalam 574 hari sejak kemenangan terakhirnya di Tour Championship 2023, Hovland seperti kehilangan sentuhannya. Ia merosot ke peringkat 137 FedEx Cup, gagal cut di tiga turnamen beruntun, dan bahkan membuka The Players Championship dengan skor memalukan: 80.
“Kalau Gak Rusak, Jangan Diperbaiki?” Hovland Gak Setuju!
Banyak orang akan memilih untuk tetap bertahan dengan teknik lama kalau sedang dalam performa bagus. Tapi tidak dengan Hovland. Ia terus mengutak-atik tekniknya, mencoba jadi lebih baik, bahkan ketika semua terlihat baik-baik saja.
“Kami atlet profesional, tugas kami memang untuk terus berkembang. Kalau nggak mau jadi lebih baik, ngapain ada di sini?” – Hovland
Dia bahkan sempat dibandingkan dengan klub sepak bola Watford, yang terkenal sering mengganti pelatih. Tapi bagi Hovland, perubahan adalah bagian dari proses menemukan kembali dirinya sendiri.
Reuni dengan Mantan Pelatih dan Titik Balik
Merasa kehilangan arah, Hovland memutuskan untuk menghubungi mantan pelatihnya, Grant Waite. Saat itu pun dia masih ragu untuk ikut turnamen di Tampa. Tapi keputusan nekat itu justru menjadi titik balik.
Latihan bersama Waite membuat Hovland “klik” kembali. Ia menemukan sentuhan lamanya, dan mulai bermain dengan rasa percaya diri yang dulu sempat hilang.
“Dia sangat keras pada dirinya sendiri,” kata sang caddy Shay Knight. “Tapi begitu dia menemukan satu petunjuk kecil, semuanya bisa berubah dengan cepat. Dan minggu ini, itu yang terjadi.”
Masih Jauh dari Sempurna, Tapi…
Meski belum sepenuhnya “balik ke mode dewa”, Hovland berhasil menahan tekanan dan membawa pulang gelar juara. Ia masih mengaku takut pukulan-pukulan melenceng, tapi sekarang dia punya fondasi kuat untuk kembali kompetitif.
“Luar biasa rasanya bisa menang. Ini jadi pembuktian kalau kerja keras dan kepercayaan diri itu benar-benar berbuah,” ujarnya sambil tersenyum.
Viktor Hovland Bangkit Dan Optimisme Eropa Jelang Ryder Cup, Tapi Jangan Lengah!
Kemenangan Hovland melengkapi deretan kemenangan Eropa tahun ini: McIlroy, Ludvig Aberg, Sepp Straka, hingga Thomas Detry. Ini jelas kabar baik untuk kapten Ryder Cup Eropa, Luke Donald, yang akan memimpin tim di Bethpage, September nanti.
Tapi pelajaran dari tahun lalu tetap relevan: meski Amerika punya nama-nama besar dan juara major seperti Scheffler, Koepka, dan Clark, mereka tetap kalah telak di Roma.
Golf memang bukan olahraga dengan jaminan. Bahkan bagi pemenang seperti Hovland pun, target seperti The Masters di Augusta masih terasa berat.
“Masih banyak hal yang harus saya tingkatkan,” aku Hovland. “Tapi sekarang saya punya dua minggu untuk bersiap, dan kemenangan ini jelas jadi dorongan besar.”
Jalan Terjal Seorang Perfeksionis
Kisah Viktor Hovland adalah pengingat bahwa dalam olahraga — dan hidup — tidak ada kesempurnaan mutlak. Tapi dengan semangat untuk terus belajar, percaya pada proses, dan keberanian untuk berubah, kemenangan bisa jadi lebih dari sekadar piala. Ia bisa jadi pembuktian, bahwa bahkan saat tenggelam pun, kamu bisa berenang ke permukaan dan kembali bersinar.